Polemik Stadion Mattoanging dan 'Suara Hati' Aspar Paturusi
By Abdi Satria
nusakini.com-Makassar-Stadion Mattoanging (sekarang bernama Gelora Andi Mattalatta) pekan ini kembali jadi polemik dan sorotan publik. Berawal dari usaha penertiban yang ingin dilakukan Satpol PP Pemprov Sulawesi Selatan dan mendapat 'perlawanan' dari pihak Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan, Rabu (15/1). Kedua pihak merasa benar dengan sama-sama mengaku memiliki bukti dan alibi yang kuat.
Lepas dari siapa pihak yang akhirnya menang di pengadilan yang saat ini tengah berproses, jangan lupakan keinginan dan mimpi komunitas sepakbola Sulawesi Selatan, khususnya pecinta PSM. Mereka ingin di Makassar, seperti kota besar lainnya di Indonesia, memiliki stadion yang layak dan berstandar internasional.
Harus diakui kondisi Stadion Mattoanging memang tidak layak lagi. Meski hanya sekadar lokasi pertandingan nasional atau Liga 1. Kalau pun pada Liga 1 musim lalu, PSM bisa bermarkas di Makassar, itu semata karena mendapat tolerasi dan dispensasi dari PT Liga Indonesia Baru serta disetujui PSSI. Sedang di level AFC Cup yang lebih tegas, Stadion Mattoangin ditolak. PSM terpaksa bermarkas di Stadion Pakansari Bogor yang menggerus 'kantong' manajemen.
Penyair nasional asal Makassar, Aspar Paturusi yang menghubungi nusakini.com, Jumat (17/1) pagi mengaku prihatin dengan polemik terkait Stadion Mattoanging. Meski sudah puluhan tahun menetap di Jakarta, Aspar mengaku intens mengikuti perkembangan seputar PSM, satu-satunya klub kebanggaan Sulawesi yang masih eksis di pentas elit sepakbola nasional.
"Polemik Stadion Mattoangin sebaiknya diselesaikan dengan kepala dingin dan saling menghormati serta sesuai dengan kaidah hukum. Sebagai pecinta sepakbola, tentu kita semua ingin ada stadion yang berstandar internasional di Makassar. Mau di Mattoanging atau di Barombong. Terserah pihak yang berwenang," tegas Aspar yang ikut menyaksikan pembukaan PON IV 1957 oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno . Saat itu, usianya masih 14 dan ikut berdesakan-desakan untuk menyaksikan momen bersejarah itu.
Kepada nusakini.com, Aspar mengirim 'coretan suara hatinya' yang spontan dibuatnya usai diwawancara. (ab)
Stadion Mattoangin Lakekomae
Stadion Mattoanging
jelang 63 tahun
kini terbungkuk lelah
memikul beban kerja
memikul sorak-sorai kemenangan
juga makian kekalahan
Kini stadion Mattoanging
bagaikan lelaki tua
wajah penuh kerutan masa yang telah ditempuhnya
tak ada yang peduli pada retak tulang-tulang
lihatlah, dia seakan berdoa
"semoga ketika aku tiba-tiba rubuh, runtuh terjerembab, tak ada yang bersorak riang
tak ada seorang pun
lantaran itu terjadi ketika tengah malam
ketika Makassar lagu tidur istirah
"waspadalah, serak suara tua mengingatkan
Stadion mattoanging,
ketika itu, september '57,
pekan olahraga nasional diselenggarakan
penuh sesak orang datang dari seluruh penjuru
apalagi presiden pertama republik, Bung Karno
berdiri gagah di panggung kehormatan, vip utama
singkat menyatakan pesta olahraga PON IV resmi dibuka
tepuk tangan membahana
tepuk tangan kebanggaan
untuk stadion Mattoanging yang megah
Kini semua itu tinggal kenangan
masa lalu yang indah
para pesepak bola nasional bangga berlari dan menendang bola
di atas rumput empuk
ketika itu memang engkau patut dipuji-puja
namun tahun demi tahun
lewat setengah abad
semuanya, perlahan-lahan lenyap ditelan waktu
Kini engkau tak lebih lelaki tua
yang tak perkasa lagi
mengharukan, bila engkau dipandang
entah bagaimana nasibmu di esok hari?
Stadion Mattoanging, quo vadis
LakekomaE.. LakekomaE